Profil Desa Kalikesur

Ketahui informasi secara rinci Desa Kalikesur mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kalikesur

Tentang Kami

Profil Desa Kalikesur, Kedungbanteng, Banyumas, sebuah desa agraris yang dikenal sebagai lumbung cengkeh dan pusat industri kapuk randu. Temukan kisah di balik nama "Kali Kasur" dan potensi agrowisata yang tersembunyi di antara kebun-kebun yang subur.

  • Pusat Industri Kapuk Randu

    Desa Kalikesur merupakan salah satu sentra utama pengolahan kapuk randu (kapok) di Banyumas, sebuah industri rumahan turun-temurun yang menjadi ciri khas ekonomi desa.

  • Lumbung Pertanian Multi-Komoditas

    Selain kapuk, desa ini merupakan penghasil signifikan komoditas perkebunan bernilai tinggi lainnya, terutama cengkeh (clove) dan kopi.

  • Legenda Unik Asal-Usul Nama

    Nama "Kalikesur" lahir dari legenda "Kali Kasur" (Sungai Kasur), sebuah cerita rakyat yang secara unik terhubung dengan komoditas andalan desa, yaitu kapuk sebagai bahan baku kasur.

Pasang Disini

Jauh dari sorotan destinasi wisata utama, di perbukitan subur Kecamatan Kedungbanteng, terdapat sebuah desa yang kekayaannya diukur dari rimbunnya perkebunan dan denyut industri rumahan yang tak pernah padam. Desa Kalikesur, Kabupaten Banyumas, adalah representasi sejati dari sebuah desa agraris yang produktif. Di sini, aroma khas cengkeh yang mengering berpadu dengan pemandangan kapas dari buah kapuk randu yang beterbangan, menandakan sebuah komunitas yang hidup sejahtera dari hasil olah buminya.

Geografi dan Demografi

Desa Kalikesur terletak di bagian tengah-ke-utara dari wilayah Kecamatan Kedungbanteng, sebuah area dengan topografi berbukit-bukit yang sangat ideal untuk tanaman perkebunan. Desa ini menggunakan kode pos 53152 dengan Kode Wilayah Administrasi Kemendagri 33.02.23.2009.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, luas wilayah Desa Kalikesur adalah 3,22 km². Wilayah ini dihuni oleh 3.966 jiwa pada tahun 2017, menghasilkan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.232 jiwa/km². Angka ini menunjukkan sebuah desa yang cukup padat, di mana sebagian besar lahannya dimanfaatkan secara intensif untuk kegiatan pertanian. Pemandangan desa didominasi oleh kebun-kebun cengkeh, kopi dan deretan pohon kapuk randu yang menjulang tinggi, diselingi oleh pemukiman warga yang tertata rapi.

Sejarah Unik di Balik Nama "Kali Kasur"

Setiap nama menyimpan sebuah cerita, dan kisah di balik nama Desa Kalikesur sangatlah unik dan berkaitan erat dengan identitas ekonominya. Nama "Kalikesur" diyakini oleh masyarakat sebagai bentuk evolusi dari dua kata dalam bahasa Jawa: kali yang berarti "sungai", dan kasur yang berarti "alas tidur".

Menurut legenda yang hidup di tengah masyarakat, pada zaman dahulu terjadi sebuah peristiwa di sungai utama yang melintasi desa. Sebuah kasur, yang konon milik seorang tokoh penting atau seorang musafir, hanyut atau ditemukan di aliran sungai tersebut. Peristiwa yang tidak lazim ini menjadi buah bibir dan akhirnya digunakan oleh warga untuk menamai wilayah mereka sebagai "Kali Kasur". Seiring berjalannya waktu dan pergeseran dialek, nama tersebut berubah menjadi Kalikesur.

Secara menakjubkan, legenda ini memiliki korelasi yang kuat dengan salah satu komoditas utama desa, yaitu kapuk randu, yang merupakan bahan baku tradisional utama untuk membuat kasur dan bantal. Kisah "Kali Kasur" seolah menjadi pertanda atau takdir yang mengiringi perjalanan desa ini menjadi pusat industri kapuk.

Tulang Punggung Ekonomi: Pertanian Multi-Komoditas

Kekuatan ekonomi Desa Kalikesur bertumpu pada tiga pilar komoditas perkebunan yang menjadi andalan utama warganya.

  1. Kapuk Randu (Kapok)
    Ini adalah komoditas yang paling ikonik. Pohon-pohon kapuk randu yang tinggi menjulang menghasilkan buah yang berisi serat kapas alami. Desa Kalikesur bukan hanya sebagai penghasil buah kapuk, tetapi juga menjadi pusat pengolahannya. Banyak warga yang memiliki industri rumahan untuk memisahkan serat kapuk dari bijinya, lalu mengolahnya menjadi isian untuk kasur, bantal, dan guling. Industri ini telah menjadi sumber pendapatan turun-temurun dan menjadi ciri khas yang membedakan Kalikesur dari desa-desa lain.

  2. Cengkeh (Cloves)
    Kebun-kebun cengkeh yang luas merupakan pemandangan umum di desa ini. Saat musim panen tiba, desa akan diramaikan oleh aktivitas pemetikan bunga cengkeh. Aroma wangi dari cengkeh yang dijemur di halaman-halaman rumah menjadi penanda musim kesejahteraan bagi para petani. Cengkeh dari Kalikesur dikenal memiliki kualitas yang baik dan menjadi komoditas penting yang dipasok ke berbagai industri.

  3. Kopi
    Di samping kapuk dan cengkeh, tanaman kopi juga tumbuh subur di lahan-lahan milik warga. Budidaya kopi, meskipun skalanya mungkin tidak sebesar dua komoditas lainnya, turut menyumbang pada diversifikasi pendapatan petani dan memperkaya potret agraris desa ini.

Potensi Tersembunyi dalam Lanskap Agraris

Desa Kalikesur tidak memiliki objek wisata alam yang dikelola secara komersial seperti air terjun atau puncak bukit. Namun pesonanya justru terletak pada keaslian lanskap agrarisnya yang produktif dan terawat. Potensi terbesar desa ini di sektor pariwisata mengarah pada konsep agro-edu-wisata, sebuah wisata berbasis pertanian dan edukasi.

Bayangkan sebuah rute wisata di mana pengunjung dapat:

  • Belajar tentang proses budidaya cengkeh, mulai dari menanam, memetik saat panen, hingga proses pengeringan.
  • Melihat dari dekat pohon kapuk randu yang menjulang, memegang buahnya, dan menyaksikan langsung proses pengolahan serat kapuk di industri rumahan warga.
  • Mengunjungi kebun kopi dan berbincang dengan petani tentang seluk-beluk budidaya kopi lokal.

Pengalaman otentik seperti ini menawarkan nilai yang berbeda dari wisata massal. Ini adalah kesempatan untuk terhubung langsung dengan alam, budaya agraris, dan kearifan lokal masyarakat Kalikesur. Potensi ini telah dipetakan oleh berbagai pihak, termasuk mahasiswa KKN, dan menjadi sebuah mimpi yang layak untuk diwujudkan di masa depan.

Pemerintahan dan Kehidupan Komunitas

Pemerintahan Desa Kalikesur, yang saat ini dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Wachid, memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sektor pertanian yang menjadi hajat hidup orang banyak. Melalui situs resmi desa, pemerintah berupaya untuk transparan dan memberikan informasi terkini kepada warganya. Program-program pemerintah desa banyak difokuskan pada dukungan terhadap kelompok-kelompok tani dan para pelaku UMKM, khususnya perajin kapuk.

Kehidupan sosial di Kalikesur sangat kental dengan nilai-nilai komunal. Semangat gotong royong dan saling membantu (guyub) menjadi perekat sosial yang kuat. Siklus pertanian, mulai dari menanam hingga panen, seringkali dikerjakan bersama-sama. Tradisi dan budaya Jawa yang luhur masih dijaga dengan baik, menciptakan sebuah komunitas yang hidup dalam suasana damai, tenteram, dan produktif.